Satubersama.com –Â Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mendapat sambutan meriah saat menyampaikan pidato dalam sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat. Dalam kesempatan tersebut, ia tercatat menerima delapan kali tepuk tangan, termasuk penghormatan berupa standing ovation dari para delegasi yang hadir.
Pidato Prabowo berfokus pada pesan perdamaian, solidaritas, serta komitmen Indonesia terhadap isu-isu global. Sejak awal, pernyataan yang ia sampaikan mampu menarik perhatian para pemimpin dunia. Tepuk tangan pertama terdengar ketika Prabowo mengutip pemikiran Thucydides dan menegaskan perlunya keadilan yang berlaku untuk semua bangsa. Ia menekankan bahwa kekuatan tidak boleh dijadikan dasar kebenaran, melainkan kebenaran itu sendiri yang seharusnya menjadi pegangan bersama.
Sorakan kedua muncul saat Prabowo menyampaikan kesiapan Indonesia mengerahkan ribuan personel pasukan penjaga perdamaian ke berbagai wilayah konflik. Ia menegaskan bahwa Indonesia siap mengirim hingga 20 ribu prajurit bila diminta Dewan Keamanan maupun Majelis PBB, demi menjaga stabilitas di kawasan seperti Gaza, Ukraina, Sudan, maupun Libya. Pernyataan itu disambut positif oleh banyak delegasi yang hadir.
Selanjutnya, tepuk tangan ketiga mengiringi pesan optimisme yang disampaikan dengan menekankan pentingnya tindakan nyata, bukan sekadar retorika. Kemudian, apresiasi kembali terdengar saat Prabowo menyinggung isu pertumbuhan populasi dunia yang memberi tekanan besar terhadap bumi.
Pidato tersebut juga mengundang respons hangat ketika Prabowo berbicara mengenai kekuatan solidaritas dalam melawan penindasan. Menurutnya, meski individu kerap berada dalam posisi lemah, rasa ketidakadilan yang dirasakan bersama mampu menyatukan manusia menjadi kekuatan besar untuk menghadapi tekanan global.
Tepuk tangan keenam menggema ketika ia kembali menegaskan posisi konsisten Indonesia yang mendukung solusi dua negara bagi Palestina dan Israel. Pidato berlanjut dengan penegasan bahwa perdamaian sejati hanya bisa terwujud bila hak seluruh pihak dijamin. Pandangan tersebut kembali menuai tepuk tangan ketujuh.
Sebagai penutup, Prabowo menyerukan agar seluruh bangsa melanjutkan perjalanan kemanusiaan yang telah diwariskan oleh para pendiri bangsa. Ajakan itu membuat ruang sidang berdiri memberikan penghormatan penuh melalui standing ovation. Ia mengingatkan pentingnya kerja kolektif untuk melanjutkan harapan umat manusia menuju tujuan mulia, termasuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan krisis kemanusiaan.
Momen pidato tersebut memperkuat citra Indonesia di forum internasional sebagai negara yang aktif mengedepankan perdamaian, keadilan, serta solusi konkret atas permasalahan global. Sambutan meriah yang diterima Prabowo sekaligus menjadi penegasan peran strategis Indonesia di kancah diplomasi dunia.
Dengan respons positif tersebut, pidato Presiden Prabowo di Sidang Umum PBB tahun ini menandai babak baru diplomasi Indonesia yang berorientasi pada kolaborasi internasional, dukungan terhadap perdamaian, serta solidaritas bagi masyarakat dunia.