sindonews.com – Ketum PBNU Said Aqil Siradj mengatakan, masyarakat harus bangga dengan keunggulan budaya Indonesia ini. Sebabnya, dengan budaya kebersamaan ini, semua masyarakat Indonesia menjadi satu kesatuan.
“Kita bersyukur pada Allah SWT bahwa bangsa yang terdiri lebih dari seribu suku, ratusan bahasa, dan sekian agama serta tradisi, kita mampu melangkahi sekat-sekat perbedaan suku, bahasa, agama, dan tradisi. Itu semua sudah tak lagi menjadi ganjalan bagi kita semua,” ujarnya di YouTube NU Channel dalam agenda Konser Amal dan Harlah ke 95 NU Bersama Presiden Jokowi, Sabtu (30/1/2021).
Artinya, Indonesia sudah dewasa dan mapan dalam berbangsa dan bermasyarakat. Berbeda kondisinya dengan negara-negara di Timur Tengah, yang masih ada ganjalan dalam persatuan dan kebersamaan mereka. Perang saudara pun bahkan masih terus berlangsung di sejumlah negara Timur Tengah. Bahkan, di beberapa negara yang isinya umat Muslim semua dan hanya berbeda alirannya saja. “Di kita, semua perbedaan suku, etnis, agama tak lagi menjadi masalah, itu berkat kekuatan civil society, salah satunya yang turut andil adalah NU di samping ormas lainnya,” tuturnya.
Di sejumlah negara di Timur Tengah, ungkapnya, meski banyak ulama hebat dan berkelas, tapi tak mampu bersatu sebagaimana di Indonesia dan itu haruslah disyukuri. NU sebegai organisasi Islam terbesar di Indonesia turut andil dalam membangun budaya kebersamaan tersebut. Hal ini sesuai dengan jargon pendiri NU, KH M Hasyim Asy’ari bahwa nasionalisme itu bagian dari iman. “Apa yang kurang di Timur Tengah itu meski Islamnya benar, sama-sama percaya pada Allah, percaya pada Nabi, rukun Islamnya sama, puasa Ramadan, haji, dan umrah, yang beda adalah akhlaknya, budayanya,” imbuhnya.
Namun begitu, dia pun tak melarang saat ada orang Indonesia yang belajar hingga ke negera di Timur Tengah selama saat pulang kembali ke Indonesia membawa dan mengamalkan ilmunya itu. Bahkan, belajar sampai ke Eropa atau Amerika pun tak masalah selama saat pulang nanti dia mengamalkan ilmu yang didapatkannya itu, tapi bukan budayanya. Kiai Said menilai, budaya Indonesia itu lebih unggul dari budaya manapun. Maka itu, orang Indonesia harus memiliki dan berpegang pada budaya, kepribadian, dan jati dirinya karena kalau sampai itu semua menghilang, martabatnya pun bakal hilang pula.
“Silakan sekolah di Australia, Eropa, Amerika, tapi pulang bawa teknologi, jangan bawa budayanya, nanti mentang-mentang dari Amerika pulang bawa wiski dengan pacarnya duduk-duduk di pinggir jalan lalu ciuman, jangan. Budaya kita punya sopan santun, tidak pantas ciuman di pinggir jalan di depan orang ramai-ramai, itu bukan budaya kita,” katanya.