Majalengka – Ratusan warga Dusun Tarikolot, Desa Sidamukti, Kabupaten Majalengka harus direlokasi akibat peristiwa bencana alam berupa pergerakan tanah yang terus menerus terjadi di dusun tersebut.
Dusun Tarikolot memang diketahui berada di zona merah rawan bencana berdasarkan data dari Badan Geologi Bandung. Sejak tahun 2006 hingga 2020 kemarin, beberapa peristiwa pergerakan tanah terjadi di Dusun Tarikolot yang mengakibatkan ratusan rumah rusak hingga tertimbun.
Akibatnya 253 kepala keluarga di Dusun Tarikolot harus direlokasi ke tempat baru yang telah disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka. Proses relokasi pun telah dilakukan pada tahun 2009 hingga 2010 lalu.
Namun tidaklah mudah untuk merelokasi hingga membangun pemukiman baru yang berlokasi di Dusun Buaglega. Warga Desa Sidamukti harus gotong royong membangun 253 rumah baru dalam jangka waktu hanya 3 bulan saja.
Karwan Kepala Desa Sidamukti menceritakan pembangunan pemukiman untuk relokasi dilakukan secara gotong royong oleh seluruh warga Desa Sidamukti. Hal itu dilakukan lantaran pemerintah saat itu harus berlomba dengan waktu.
“Waktu itu tahun 2009, pengerjaan pemukiman baru harus rampung dalam 3 bulan. Artinya harus membuat 20 rumah dalam sehari karena ada 253 KK. Jadi semua warga Desa Sidamukti saya minta gotong royong ikut membangun,” kata Karwan kepada detikcom Selasa (2/2/2021).
Berlokasi di Dusun Buahlega yang dijadikan tempat relokasi, pemukiman baru pun mulai dibangun pada tahun 2009 dengan biaya Rp 2,7 miliar. Warga bahu membahu dibantu anggota TNI kala itu untuk segera menyelesaikan pembuatan rumah-rumah warga.
Saat tempat relokasi dibuat, Pemerintah Desa Sidamukti memasang tenda-tenda pengungsian sementara. Itu karena ancaman pergerakan tanah yang terus mengintai warga.
“Cuman pada waktu perpindahan itu masyarakat kebingungan tinggal dimana makanya saat itu dibuatlah tenda pengungsian untuk sementara,” ucap Karwan.
Bak sangkuriang, warga Desa Sidamukti dibantu anggota TNI kala itu membangun 253 rumah hanya dalam waktu 3 bulan. Pengerjaannya pun dilakukan siang malam. Menurutnya saat itu seluruh warga Desa Sidamukti diberikan jadwal piket untuk ikut membantu pembangunan.
“Setiap warga desa selama tiga bulan itu dibagi tiap blok, dijadwal untuk membantu pembangunan rumah relokasi dan alhamdulilahnya dalam waktu 3 bulan betul-betul terlaksana, udah kaya sangkuriang aja saat itu,” lanjut Karwan.
Kini Dusun Tarikolot sudah ditinggal sebagian besar warganya. Dari 253 kepala keluarga yang ada, hanya tersisa delapan kepala keluarga saja yang masih bertahan di Dusun Tarikolot.
“Ketika sudah dibangun saya pikir semuanya akan pindah, ternyata masih ada yang tinggal disana,” pungkasnya.