Solopos.com, SRAGEN — Seratusan orang dari berbagai kalangan bahu-membahu membangun tanggul dari ban bekas di pinggir Sungai Mungkung wilayah Dukuh Gabusan RT 002/RW 011, Desa Tangkil, Kecamatan Sragen Kota, Sragen.

Mereka yang turut serta membangun tanggul ban bekas terdiri atas anggotaTNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), anggota perguruan pencak silat, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), anggota search and rescue (SAR) lainnya, serta para warga setempat.

Pada Senin (1/3/2021) Komandan Koramil Sragen Kota Kapten (Cba) Sugiyono memimpin apel dan menyampaikan pengarahan tentang pelaksanaan pembuatan tanggul dari ban bekas sepanjang 86 meter dengan kedalaman 8 meter.

Sugiyono sendiri yang mengkoordinasi aktivitas pembangunan tanggul itu sebagai antisipasi tergerusnya tebing Sungai Mungkung dan berdampak pada ambrolnya bangunan rumah milik warga di dukuh itu.

“Dalam pemasangannya nanti ada teknisinya. Pembangunan tanggul yang semula diprediksi memakan waktu tujuh hari ternyata dari kesepakatan warga akan dilakukan selama 10 hari. Pengerjaannya yang semula sempat menggunakan alat berat ternyata dilakukan secara manual karena penggunaan alat berat akan berisiko mengingat di tikungan aliran sungai itu ada kedung yang dalamnya sampai 13 meter,” jelas Sugiyono saat memimpin apel, Senin.

Sugiyono menyampaikan membangun tanggul ban bekas ini pekerjaan yang berat dan tanpa bayaran karena murni kerja kemanusiaan untuk NKRI. Sugiyono meminta petugas dari BPBD menyiapkan personel penyelamatan dengan menggunakan perahu karet untuk jaga-jaga bila ada kecelakaan.

4 Rumah Terdampak Longsor

Ada 800 unit ban bekas yang disiapkan. Ban-ban mobil dan truk itu sudah ada di pinggiran tebing sungai. Setidaknya ada empat rumah yang terdampak longsor karena lokasinya berada di bantaran anak Sungai Bengawan Solo itu.

“Nanti semampunya. Kalau hanya bisa selesai separuh tidak apa-apa nanti akan terus ada progress. Yang penting tanggul ban itu bisa mengatasi benturan arus sungai supaya tidak terjadi longsor lagi,” katanya.

Salah satu pemilik rumah yang terdampak longsor itu bernama Suyadi. Yadi, sapaan akrabnya, kebetulan memiliki pengalaman membuat tanggul ban bekas saat terjadi longsor di Papua. Pengalaman Yadi membuat tanggul ban itu dipraktikkan.

Yadi menjelaskan teknisnya kepada perwakilan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Sragen tentang pembuatan tanggul ban bekas itu. Ia mencontoh teknik menyusunan ban yang dibuat zig-zag dan berundak.

“Kekuatannya ada di badan dasar. Pada posisi ban dasar itu harus diberi pancang. Antara ban satu dengan ban lainnya diikat dengan kawat sehingga ada kesatuan kekuatan yang kuat karena saling keterikatan dan tarik-menarik saat dihantam arus sungai. Semoga ini menjadi percontohan dalam pembuatan tanggul darurat,” ujar Yadi saat menjelaskan teknis pembuatan tanggul kepada sejumlah petugas DPUPR.

Yadi meminta setiap rumah ada satu teknisi dengan teknik yang sama supaya terorganisasi dengan baik. Yadi pun mencontohkan langsung tekniknya dengan membuat permukaan dasar tanah harus rata.

Dia menyampaikan di bagian depan ban fondasi ditambah ban lagi supaya tanah di bawah ban fondasi paling bawah itu tidak terkikis air. Para warga membaur dengan TNI/Polri, BPBD, dan BBWSBS bersama-sama memasang ban itu setelah meratakan tanah.

Artikel sebelumyaWarga Gotong-Royong Bersihkan Rumput di Jalan
Artikel berikutnyaRusak, Jembatan Penghubung Dua Desa di Pengaron Banjar Gotong Royong Diperbaiki
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments