Komunitas Bonek Arek Jagir terus berjuang melawan stigma negatif melalui berbagai aksi sosial dan kemanusiaan.
Bonek Arek Jagir berdiri pada tahun 2018 dengan 50 anggota yang berdomisili di Jagir Surabaya. Mereka optimis halo positif yang terus menyebar dapat menghapus citra negatif masyarakat.
Muhammad Riski Erdiansyah (24), salah satu anggota Bonek Arek Jagir mengatakan, menjadi pendukung setia Bajul Ijo merupakan panggilan dari hati.
“Sebagai pendukung, dulu banyak koordinator wilayah atau koordinator wilayah yang tersebar di sekitar kota pahlawan. Jadi komunitas ini adalah koordinator wilayah Bonek Jagir,” kata Riski Selasa (8 Februari 2022).
Selain rapat rutin, lanjut Riski, pihaknya juga kerap melakukan kegiatan aktif. Mulai dari penggalangan dana hingga donasi kepada korban bencana di Indonesia.
“Apapun bencana alamnya, kami pasti akan maju dan meringankan beban penderitaan para korban,” ujarnya.
Menurut Riski, Persebaya adalah klub besar dan selalu memiliki pemain bintang tercetak di atasnya, itulah sebabnya nama Bajol Ijo tetap disandang.
“Kinerjanya sudah bagus, pemain lokal bisa bersaing dengan pemain asing. Mungkin pemain muda tidak punya waktu bermain yang cukup, jadi perlu diasah,” jelasnya.
“Tapi di tangan Aji Santoso (pelatih Persebaya), para pemain muda ini bisa unjuk gigi dan berani bertarung di setiap pertandingan,” imbuhnya.
Bagi Riski, ketika rekan-rekannya turun ke jalan untuk berdonasi untuk bencana alam, ia ingin membuktikan bahwa Bonek kini jauh dari hal negatif dan lebih dewasa.
“Harapan dan pesan untuk Bonek jangan sampai memecah belah, persaudaraan lebih diutamakan dan lebih sulit mencari teman daripada musuh,” ujarnya.
“Untuk Persebaya, teruskan. Menang, kalah, dan seri adalah hal biasa dalam permainan,” tutupnya.