Satuan wilayah

Indonesia – Menjejak kembali cerita heroik yang terukir dalam sejarah militer Indonesia, kita tidak bisa melupakan peran penting satuan wilayah Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam setiap langkah perjuangannya. Sejak awal pembentukannya, satuan wilayah TNI telah berperan aktif dalam menyatukan dan mempertahankan kedaulatan bangsa.

Dalam upaya menghadapi konflik dengan Belanda untuk penyelesaian pengembalian Irian Barat, pemerintah Indonesia melakukan langkah penting dengan pembentukan Komando Tentara dan Teritorium VII/Wirabuana (KO TT-VII/WRB) pada tanggal 20 Juni 1950 yang dipimpin oleh Kolonel Alex Kawilarang, dengan pusat komando di Makassar. “KO TT-VII/WRB” memiliki tanggung jawab atas wilayah Indonesia Timur, yang mencakup Sulawesi, Sunda Kecil, Maluku, dan Irian Barat.

Penyusunan kembali struktur organisasi TNI berlanjut, terutama di wilayah Maluku dan Irian Barat yang awalnya tercakup dalam Kompas D dibawah pimpinan Letkol C. F. Warouw. Pada 5 Juli 1952, berdasarkan “Penetapan Panglima TT-VII Nomor: 8004/VII/1950”, Kompas D dibubarkan dan Resimen Infanteri-25 (RI-25) dibentuk dengan Letkol Suprapto Sukowati sebagai komandannya, resmi beroperasi pada 1 Agustus 1952. Langkah awal RI-25 dalam upaya pembebasan Irian Barat dari pemerintahan Belanda adalah melalui operasi penyusupan ke wilayah tersebut.

Perjuangan membebaskan Irian Barat semakin bergelora dengan lahirnya komando Trikora, yang diumumkan oleh Presiden RI pada tanggal 19 Desember 1961 dan mendapat dukungan luas dari seluruh rakyat Indonesia. “Tiga Komando Rakyat” atau Trikora ini menandai keseriusan Indonesia dalam upaya merebut kembali Irian Barat.

Respon terhadap Trikora melahirkan formasi Komando Mandala Pembebasan Irian Barat pada Februari 1962 dengan Mayjen TNI Soeharto sebagai panglimanya. Proses diplomatik yang sedang berlangsung didukung oleh penempatan satuan-satuan APRI dan sukarelawan, sementara rencana operasi militer dibentuk. Keberhasilan diplomasi akhirnya terwujud pada tanggal 15 Agustus 1962, dimana terjadi penandatanganan “Persetujuan Indonesia – Belanda” di New York, yang kemudian disusul dengan pembentukan pemerintahan transisi PBB di Irian Barat, atau UNTEA.

Satuan tugas yang dibentuk untuk transisi tersebut adalah Kontingen Indonesia Irian Barat (KOTINDO), yang secara taktis berada di bawah koordinasi UNTEA, yang kelak menjadi inti dari Kodam XVII/Irian Barat. Pada tanggal 1 Mei 1963, UNTEA secara resmi serahkan Irian Barat kepada pemerintah Indonesia. Perubahan kemudian kembali terjadi, dengan Kodam XVII/Irian barat bertransformasi menjadi Kodam XVII/Tjenderawasih pada 17 Mei 1963. Kodam ini pun menjalankan fungsinya dalam meningkatkan stabilitas pertahanan dan keamanan, serta turut serta dalam pembangunan nasional yang pesat.

Sejarah pembentukan satuan wilayah terus berkembang, termasuk reorganisasi pada tahun 1984 dengan dibentuknya Kodam VIII/Trikora pada 8 Mei 1985. Sejarah ini memperkuat rasa persatuan bangsa, dengan “tanggal 1 Agustus ditetapkan sebagai hari jadi Kodam VIII/Trikora” sesuai “Surat Keputusan Kasad Nomor: Skep/691/VI/1986”.

Beranjak ke wilayah Jakarta, kisah heroiknya tidak kalah penting. Komando Militer Kota Besar Djakarta Raya (KMKB-DR) didirikan pada tanggal 24 Desember 1949 sebagai bentuk tanggung jawab keamanan kota setelah penyerahan dari Angkatan Perang Belanda. Nama Kodam ini kemudian berubah menjadi Kodam V/Djayakarta pada 24 Oktober 1959, dan kemudian dikenal sebagai Kodam Jayakarta, yang sekarang di bawah pimpinan Mayjen TNI Rafael Granada Baay.

Beranjak ke Jawa Barat, Divisi Siliwangi memegang peranan penting dalam pasukan Jawa Barat. Dari mulanya merupakan gabungan dari tiga divisi TKR, ia bertransformasi menjadi kesatuan militer dengan peran penting dalam perjuangan Indonesia. “Divisi Siliwangi” secara resmi dibentuk pada tanggal 20 Mei 1946, dengan base di Tasikmalaya, dan hari tersebut dipilih sebagai “hari jadi Kodam III/Siliwangi”. Sejak itu, nama Siliwangi menjadi simbol kekuatan dan semangat perjuangan yang tanpa henti, di bawah kepemimpinan terbaru Mayjen TNI Mohammad Fadjar.

Kisah heroik dan evolusi satuan wilayah TNI, dari Trikora hingga Kodam Cenderawasih, sampai kepada Kodam Jayakarta dan Siliwangi, mencerminkan semangat kesatuan dan pertahanan nasional Indonesia. Perjalanan bersejarah ini patut dikenang dan dihormati sebagai bagian penting dalam memori kolektif bangsa, simbol perjuangan dan penyatuan Indonesia yang terus berlanjut.

Artikel sebelumyaMengulas Dinamika Pilkada 2024: Persaingan Calon Kepala Daerah di Era Baru Demokrasi Indonesia
Artikel berikutnyaKapolda Kaltara Irjen Pol Hary Sudwijanto Tunjukkan Keakraban di Kunjungan Polsek Perbatasan RI-Malaysia
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments