Turbulensi Penerbangan Singapore Airlines, Satu Penumpang Meninggal Dunia

SatuBersama.com – Penerbangan Singapore Airlines SQ321 dari London menuju Singapura pada Senin (21/5) mengalami turbulensi parah yang menyebabkan satu penumpang meninggal dunia. Korban teridentifikasi sebagai Geoff Kitchen, seorang pria berusia 73 tahun asal Thornbury, Inggris. Insiden ini juga mengakibatkan puluhan penumpang lainnya mengalami luka-luka, memaksa pesawat untuk melakukan pendaratan darurat di Bandara Bangkok, Thailand.

Geoff Kitchen, seorang warga Thornbury yang berjarak sekitar 19 km dari Bristol, menjadi salah satu dari 211 penumpang dalam penerbangan tersebut. Pria yang dikenal aktif dalam komunitas teater lokal ini, dilaporkan meninggal dunia akibat henti jantung yang diduga dipicu oleh turbulensi yang terjadi.

Dalam sebuah unggahan di Facebook, Grup Teater Musikal Thornbury (TMTG) mengungkapkan duka cita mendalam atas kepergian Kitchen. “Dengan berat hati kami mengetahui berita duka atas meninggalnya kolega dan teman kami yang terhormat, Geoff Kitchen, dalam insiden Singapore Air baru-baru ini. Geoff selalu menjadi seorang pria yang memiliki kejujuran dan integritas yang tinggi serta selalu melakukan apa yang benar bagi grup,” tulis mereka. “Komitmennya terhadap TMTG tidak perlu dipertanyakan lagi dan dia telah melayani grup dan komunitas lokal Thornbury selama lebih dari 35 tahun.”

Kepala Bandara Bangkok, Kittipong Kittikachorn, menyatakan bahwa Kitchen kemungkinan besar meninggal dunia akibat henti jantung. Dalam penerbangan yang menggunakan pesawat Boeing 777-300ER itu, terdapat 47 warga negara Inggris lainnya di antara 211 penumpang dan 18 kru.

Seorang juru bicara Rumah Sakit Samitivej Srinakarin di Bangkok mengonfirmasi bahwa 71 orang membutuhkan perawatan medis dengan enam di antaranya mengalami luka kritis. Namun, Singapore Airlines memberikan pernyataan berbeda, menyebutkan bahwa hanya 30 orang yang dibawa ke rumah sakit.

Teandra Tukhunen, seorang penumpang asal Australia yang mengalami cedera lengan, menceritakan pengalamannya kepada Sky News. “Saya sedang tertidur saat turbulensi terjadi. Saya terbangun karena terlempar ke atap dan kemudian ke lantai,” jelasnya. Tukhunen menambahkan bahwa ia berusaha memakai sabuk pengaman segera setelah tanda peringatan menyala, namun turbulensi terjadi begitu cepat sehingga banyak penumpang tidak sempat bersiap.

Para penumpang lainnya juga menggambarkan bagaimana sabuk pengaman menyelamatkan mereka dari cedera lebih parah. Beberapa pramugari dilaporkan mengalami luka di kepala akibat guncangan hebat yang membuat penumpang dan barang-barang di dalam kabin terlempar.

Penerbangan Singapore Airlines yang berangkat dari Heathrow, London, itu seharusnya menuju Singapura tanpa hambatan. Namun, turbulensi yang tidak terduga memaksa pesawat untuk mengubah rute dan mendarat darurat di Bangkok guna memberikan perawatan medis kepada para penumpang yang terluka.

Sementara itu, pihak berwenang masih melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memahami penyebab pasti dari turbulensi yang terjadi dan memastikan keselamatan penerbangan di masa mendatang. Singapore Airlines telah menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Geoff Kitchen dan menyatakan komitmen mereka untuk bekerja sama dengan otoritas terkait dalam penyelidikan ini.

Insiden ini menjadi pengingat akan pentingnya selalu mematuhi instruksi keselamatan selama penerbangan. Meski turbulensi adalah hal yang tidak dapat diprediksi, kesiapan penumpang dan kru dalam menghadapi situasi darurat dapat mengurangi risiko cedera serius.

Dalam situasi yang penuh kesedihan ini, komunitas Thornbury dan keluarga besar Singapore Airlines merasakan kehilangan yang mendalam. Duka cita mengalir untuk keluarga Kitchen, yang harus menghadapi kenyataan pahit di tengah rencana liburan mereka. Semoga keluarga dan teman-teman Geoff Kitchen diberikan kekuatan dalam menghadapi masa sulit ini.

Baca juga: Petugas Cepat Tanggap, Selamatkan Perempuan Terjatuh di Stasiun Sudirman!

Sumber: Kompas.